Rabu, 25 Februari 2015

Siapa Bilang Kalimantan Aman dari Gempa?

Foto: awakening37.blogspot.comIntinya, bencana alam bisa terjadi di mana pun. Bahkan di Kalimantan, yang selama ini dianggap aman dari gempa, bisa terjadi gempa. Oleh karena itu, BNPB mengingatkan bahwa poin pentingnya bukanlah gempanya, melainkan bangunan yang harus dipersiapkan untuk bisa bertahan apabila terjadi gempa. Sedia payung sebelum hujan, itu peribahasanya. Sebab gempa bisa terjadi dengan sebab yang selama ini umum kita ketahui, seperti akibat pergeseran lempeng, atau tubrukan lempeng, atau gempa tektonik karena aktivitas gunung api. Karena ternyata, ada juga gempa yang disebabkan oleh gempa intraplate, yaitu gempa yang terjadi di dalam lempeng itu sendiri. Jadi, supaya kita tidak terlena dengan rasa aman yang semu, ada baiknya kita simak penjelasan dari BNPB ini, agar kita selalu siaga terhadap bencana yang selalu mungkin terjadi.

Senin, 23 Februari 2015

Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau

Kebakaran hutan dan lahan di Riau. /Foto: terra-image.comKebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau selalu berulang setiap tahun. Berdasarkan data hotspot tahun 2006 hingga 2014, pola karhutla di Riau terjadi dua periode dalam setahun yaitu antara Februari-April dan Juni-Oktober. Modus dan motif karhutla sudah diketahui. Begitu pula berbagai peraturan pencegahan karhutla sudah banyak. Namun selalu saja berulang.Untuk mengantisipasi karhutla pada tahun 2015, maka siaga darurat pencegahan dan penanganan karhutla di Riau telah ditetapkan.


Rabu, 18 Februari 2015

Belajar Pada Ketangguhan Masyarakat Kelud

Memperingati terjadinya bencana memang terdengar kurang menyenangkan. Namun khusus dalam kaitan mengenang terjadinya letusan Gunung Kelud, dan bagaimana tanggapnya masyarakat terdampak dalam menghadapinya, merupakan pelajaran yang tak akan pernah diperoleh di sekolah mana pun. Mereka memang ditimpa bencana, akan tetapi mereka menerimanya sebagai karunia di kemudian hari. Sebab, sejak jauh-jauh hari, mereka sudah menyiapkan diri untuk menghadapi datangnya bencana itu. Jadi, kalau ingin melihat bagaimana mereka menyambut datangnya bencana itu, simak kisah nyata berikut ini....

Rabu, 11 Februari 2015

Penanganan Banjir di Penjaringan


Museum Nasional tak luput dari banjir. /Foto: Dok. BNPB
Ketika akhirnya banjir melanda, itulah saatnya para petugas dan relawan beraksi. Mereka segera menyiapkan logistik bagi warga yang kebanjiran, baik berupa kebutuhan sanitasi, bahan makanan, maupun makanan siap santap – nasi bungkus hasil olahan dapur umum. Mereka yang bertugas di lokasi banjir, berkeliling berbasah-basahan, mengevakuasi korban banjir ke tempat pengungsian, berpatroli dengan perahu karet di tengah kegelapan malam saat listrik dipadamkan. Semua melakukan tugas dengan mengabaikan kepentingan dirinya sendiri dan tanpa pamrih. Kehujanan, basah, kedinginan, dan menempuh bahaya adalah bagian dari apa yang harus mereka hadapi di lapangan. Semuanya segera terasa manis setelah tugas tuntas dilaksanakan.

Selasa, 10 Februari 2015

Jakarta Banjir, Tapi Belum Darurat Banjir


Transportasi buat yang berangkat sekolah. /Foto: Dok. BNPB
Dengan sekitar 93 titik banjir yang mengepung Jakarta, bisa dibilang Jakarta memang sudah dalam keadaan ‘kebanjiran’. Namun Gubernur DKI Jakarta masih belum menetapkan Jakarta dalam Darurat Banjir. Hal tersebut, rasanya bisa dimengerti, mengingat wilayah-wilayah yang terlanda banjir memang merupakan daerah yang biasa kebanjiran, seperti di bantaran kali, dan daerah-daerah langganan banjir – yang terkadang banjir juga meskipun tidak hujan, antara lain karena banjir kiriman dari hulu sungai atau karena rob air laut.

Senin, 09 Februari 2015

Jakarta Dikepung 93 Titik Banjir


Evakuasi warga di RW. 4, Kelurahan Sunter. Banjir makin naik. /Foto: Dok. BNPB
Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya telah menyebabkan banjir di banyak tempat. Berdasarkan data sementara hari ini, Senin, 9 Februari 2015,  pukul 16.00 WIB, tercatat ada 93 titik genangan di Jakarta. Banjir tersebar di 35 titik di Jakarta Pusat, 28 titik di Jakarta Barat, 17 titik di Jakarta Utara, 8 titik di Jakarta Timur, dan 5 titik di Jakarta Selatan. Tinggi banjir bervariasi antara 10 cm hingga 80 cm. Dampaknya kemacetan parah terjadi di banyak tempat. Namun di beberapa lokasi, banjir sudah berangsur surut.

Banjir Jakarta Hanya Tinggal Menunggu Waktu

Jl. Gunung Sahari pun terendam banjir. /Foto: Dok. BNPB
Jakarta makin dikepung banjir. Tinggi banjir makin meningkat di beberapa wilayah, khususnya di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat. Sementara hujan deras masih terus turun, dan diperkirakan hingga sore nanti hujan deras masih akan turun.

Siaga Banjir Jakarta, Hujan Meluas Sampai ke Puncak


Air mancur bunderan BI, dekat Patung Kuda, tergenang banjir pada pukul 11.57 WIB.
Waspada banjir berpotensi meningkat. /Foto: Dok. BNPB
Hujan terus meluas hingga ke wilayah Tangerang, Bekasi, Cibubur, Cileungsi, Citeko, Bogor, Ciawi, hingga Cisarua. Itu artinya, Jakarta akan mendapat kiriman air dari kawasan hulu Sungai Ciliwung. Jadi, hanya tinggal masalah waktu saja beberapa kawasan langganan banjir Jakarta, di bantaran Sungai Ciliwung, akan mengalami banjir. Namun soal seberapa tinggi banjirnya, tergantung bagaimana intensitas hujan di wilayah hulu Sungai Ciliwung. 

Awas Banjir di Jalanan Jakarta


Foto: Thamrin Mahesarani
Hujan yang turun sejak kemarin sore, Minggu, 8 Februari 2015, pagi ini telah menyebabkan terjadinya genangan atau banjir ringan di jalan-jalan, serta di beberapa daerah permukiman. Genangan atau banjir ringan tersebut diakibatkan oleh ketidak-lancaran drainase perkotaan, yang kurang mampu mengalirkan air hujan ke sungai dengan cepat, baik karena kecilnya kapasitas drainase itu sendiri, maupun oleh karena sedimentasi, tertutup sampah, dan sebab lainnya. 

Sabtu, 07 Februari 2015

Ancaman Musim Hujan Tak Hanya Banjir, Tapi Juga Petir


Foto: truthbeforedishonor.wordpress.com
Masih ingat dengan yang namanya awan cumulonimbus? Ya, awan yang diduga telah mencelakakan pesawat AirAsia di Selat Karimata di pengujung tahun kemarin. Tapi jangan Anda pikir awan itu hanya berbahaya bagi penerbangan. Soalnya, awan itu juga ancaman buat pelayaran dan juga di darat. Sebab, awan itu selain pembawa hujan, juga punya potensi sebagai pencipta badai. Angin puting beliung, badai petir, dan hujan sangat deras adalah hasil dari aktivitas awan ini. Dan yang namanya badai, baik di udara, di laut, maupun di darat, adalah ancaman bencana yang tak bisa diduga akibatnya.