Liburan
sekolah adalah waktunya para orang muda, baik pelajar, mahasiswa,
maupun yang sudah bekerja, pergi berlibur. Dan salah satu tujuan mereka
ialah gunung – mendaki gunung. Itu sebabnya TNOL tak begitu heran ketika
naik kereta api menuju Jawa Tengah, pekan silam, sebagian besar
penumpang kereta adalah anak muda yang menggendong carrier, yang
ukurannya setengah badan mereka – bahkan ada yang lebih. Dan jangan
ditanya beratnya.
Kepada teman duduk, TNOL bertanya, mereka mau mendaki gunung apa? Merbabu, katanya. Di kalangan pendaki, Gunung Merbabu termasuk bukan gunung yang istimewa untuk didaki. Tidak seperti Semeru, Merapi, Kerinci, dan lain-lain. Dan sebenarnya, hal macam itulah yang seringkali menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di gunung. Menganggap remeh, lupa diri setelah berhasil mencapai puncak, adalah bibit kecelakaan. Tersesat, terpeleset, dan kehabisan bahan makanan. Itu sebab yang bisa membuat pendaki kehilangan nyawa di gunung.
Karena itu, sebelum turun, TNOL sengaja menyempatkan untuk menyampaikan nasihat sederhana yang – mudah-mudahan – bisa menjadi mantera keselamatan buat mereka, “Hati-hati di gunung, ya. Di sana bukan rumah kalian. Dan juga bukan arena bermain kalian.” Mereka sepertinya memahami maksud nasihat itu. Dan mudah-mudahan benar demikian. Sebab bila tidak, kecelakaan seperti yang dialami oleh Eri Yunanto, Mahasiswa Teknik Industri Universitas Atmajaya, Yogyakarta, bisa menimpa mereka dalam bentuk yang lain. Dan bila itu terjadi, akan merepotkan banyak orang, juga keluarga, tapi terutama... adalah terancamnya keselamatan jiwa kita.
Berikut
ini adalah laporan dari BNPB, mengenai upaya pencarian dan evakuasi Eri
Yunanto, yang terpeleset dan jatuh ke kawah Gunung Merapi. Silakan
disimak....
Upaya pencarian dan evakuasi pendaki gunung, Eri Yunanto, 21 tahun, Mahasiswa Teknik Industri Universitas Atmajaya, Yogyakarta, yang terpeleset di kawah Gunung Merapi pada Sabtu, 16 Mei 2015, pukul 11.00 WIB, terus dilakukan oleh tim SAR Gabungan. BPBD Kabupaten Boyolali dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi, mengkoordinir 150 personil tim SAR Gabungan dari TRC BPBD Boyolali, SAR Boyolali, SAR Klaten, SAR DIY, Mapala, Taman Nasional Gunung Merapi, relawan, dan lainnya.
Ada 3 Tim SRU (Search Rescue Unit) yang sudah berada di bibir kawah Gunung Merapi sejak Minggu pagi, tadi. SRU bertugas merintis jalur dan memasang tali ke bawah. Korban berada pada kedalaman sekitar 300 meter dari bibir kawah, sehingga upaya evakuasi harus dengan teknik vertical rescuer. Tim SRU saat ini sudah berada pada kedalaman 50 meter dari bibir kawah. Kondisi medan berat. Ada 12 orang sudah dikerahkan, yaitu 6 orang di bibir kawah, untuk memegang tali (sebagai anchor), dan 6 orang di sepanjang jalur tali. Pergantian personil di bagian atas dikoordinir dari poskodal Selo.
Rencananya, Tim SAR yang sudah berada di kawah Merapi akan bermalam di tempat itu, untuk melanjutkan evakuasi besok pagi. Namun berhubung di puncak kawah Merapi anginnya kencang, maka Tim SAR akhirnya menginap 200 meter dari puncak Merapi, ke arah Pasar Bubrah. BPBD Boyolali yang memenuhi kebutuhan logistik bagi Tim SAR ini.
Rekomendasi dari Badan Geologi, agar evakuasi dan pemasangan alat di jalur dilakukan sebelum jam 12.00, siang, karena sinar matahari berpengaruh terhadap gas beracun. Suhu di kawah sekitar 160-420 derajat selsius.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Kurniawan Fajar Prasetyo, BPBD Boyolali, selaku SAR Mission Coordination, pada nomor telepon 0878 3694 7911, dan Suwignyo, Taman Nasional Gunung Merapi, pada nomor telepon 0813 2828 6626.
Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Kepada teman duduk, TNOL bertanya, mereka mau mendaki gunung apa? Merbabu, katanya. Di kalangan pendaki, Gunung Merbabu termasuk bukan gunung yang istimewa untuk didaki. Tidak seperti Semeru, Merapi, Kerinci, dan lain-lain. Dan sebenarnya, hal macam itulah yang seringkali menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di gunung. Menganggap remeh, lupa diri setelah berhasil mencapai puncak, adalah bibit kecelakaan. Tersesat, terpeleset, dan kehabisan bahan makanan. Itu sebab yang bisa membuat pendaki kehilangan nyawa di gunung.
Karena itu, sebelum turun, TNOL sengaja menyempatkan untuk menyampaikan nasihat sederhana yang – mudah-mudahan – bisa menjadi mantera keselamatan buat mereka, “Hati-hati di gunung, ya. Di sana bukan rumah kalian. Dan juga bukan arena bermain kalian.” Mereka sepertinya memahami maksud nasihat itu. Dan mudah-mudahan benar demikian. Sebab bila tidak, kecelakaan seperti yang dialami oleh Eri Yunanto, Mahasiswa Teknik Industri Universitas Atmajaya, Yogyakarta, bisa menimpa mereka dalam bentuk yang lain. Dan bila itu terjadi, akan merepotkan banyak orang, juga keluarga, tapi terutama... adalah terancamnya keselamatan jiwa kita.
Upaya pencarian dan evakuasi pendaki gunung, Eri Yunanto, 21 tahun, Mahasiswa Teknik Industri Universitas Atmajaya, Yogyakarta, yang terpeleset di kawah Gunung Merapi pada Sabtu, 16 Mei 2015, pukul 11.00 WIB, terus dilakukan oleh tim SAR Gabungan. BPBD Kabupaten Boyolali dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi, mengkoordinir 150 personil tim SAR Gabungan dari TRC BPBD Boyolali, SAR Boyolali, SAR Klaten, SAR DIY, Mapala, Taman Nasional Gunung Merapi, relawan, dan lainnya.
Ada 3 Tim SRU (Search Rescue Unit) yang sudah berada di bibir kawah Gunung Merapi sejak Minggu pagi, tadi. SRU bertugas merintis jalur dan memasang tali ke bawah. Korban berada pada kedalaman sekitar 300 meter dari bibir kawah, sehingga upaya evakuasi harus dengan teknik vertical rescuer. Tim SRU saat ini sudah berada pada kedalaman 50 meter dari bibir kawah. Kondisi medan berat. Ada 12 orang sudah dikerahkan, yaitu 6 orang di bibir kawah, untuk memegang tali (sebagai anchor), dan 6 orang di sepanjang jalur tali. Pergantian personil di bagian atas dikoordinir dari poskodal Selo.
Rencananya, Tim SAR yang sudah berada di kawah Merapi akan bermalam di tempat itu, untuk melanjutkan evakuasi besok pagi. Namun berhubung di puncak kawah Merapi anginnya kencang, maka Tim SAR akhirnya menginap 200 meter dari puncak Merapi, ke arah Pasar Bubrah. BPBD Boyolali yang memenuhi kebutuhan logistik bagi Tim SAR ini.
Rekomendasi dari Badan Geologi, agar evakuasi dan pemasangan alat di jalur dilakukan sebelum jam 12.00, siang, karena sinar matahari berpengaruh terhadap gas beracun. Suhu di kawah sekitar 160-420 derajat selsius.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Kurniawan Fajar Prasetyo, BPBD Boyolali, selaku SAR Mission Coordination, pada nomor telepon 0878 3694 7911, dan Suwignyo, Taman Nasional Gunung Merapi, pada nomor telepon 0813 2828 6626.
Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar