Jumat, 16 Januari 2015

Donggala Digoyang Gempa 5,2 Skala Richter


Foto: lintas.me
Sulawesi Tengah, kawasan yang sangat rawan gempa, karena berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik, kemarin digoyang oleh gempa berkekuatan 5,2 SR. Memang tak terlalu terasa. Namun sebagai daerah di kawasan yang punya potensi kegempaan tinggi, setiap guncangan haruslah direspon dengan kewaspadaan. BMKG telah melaporkan terjadinya gempa berkekuatan 5,2 SR di 66 km Timur Laut Donggala, Sulawesi Tengah, pada Kamis, 15 Januari 2015, pukul 07.09 WIB. Pusat gempa berada di daratan, pada kedalaman 33 km, dan tidak berpotensi tsunami. 

Posko BNPB telah mengonfirmasi gempa tersebut ke BPBD Kabupaten Donggala. Di Kota Donggala dan Kecamatan Sabang, Kabupaten Donggala, yang berdekatan dengan pusat gempa, guncangan dirasakan lemah dan berlangsung hanya selama 3 sampai 5 detik. Tidak ada kepanikan karena kejadian gempa tersebut. Juga tidak ada laporan kerusakan pada rumah dan bangunan. Dari analisis peta, guncangan gempa menunjukkan skala II-III MMI, yang artinya guncangan lemah. 

Foto: nefosnews.com
Mengingat kawasan tempat mereka tinggal berada di daerah rawan gempa, maka masyarakat di wilayah Donggala perlu selalu meningkatkan kesiap-siagaan untuk menghadapi gempa dan tsunami, yang dapat terjadi kapan saja. Tingginya aktivitas kegempaan di kawasan ini. memang tidak terlepas dari lokasinya yang berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. 

Pertemuan ketiga lempeng ini bersifat konvergen, dan ketiganya bertumbukan, sehingga mengakibatkan daerah Sulawesi Tengah, dan sekitarnya, menjadi kawasan yang sangat rawan gempa. Sesar Palu-Koro di daratan, yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan Tenggara, melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke Selatan Bone sampai di Laut Banda, merupakan zona patahan aktif yang memiliki potensi kegempaan relatif tinggi. 

Foto: mediapalu.com
Beberapa kejadian gempa dan tsunami di Donggala, dan sekitarnya, pernah terjadi antara lain di Donggala pada 1927, Parigi pada 1938, Tambu pada 1968, Toli-Toli dan Donggala pada 1996 dengan kekuatan 6,3 SR. Tinggi tsunami di Donggala tahun pada 1927 mencapai 15 meter, sedangkan gempa di Toli-Toli dan Donggala pada 1996, memicu tsunami setinggi 2 meter, dengan limpasan air laut ke daratan sejauh 400 meter, sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. 

Oleh sebab itulah, maka wajib untuk selalu mengimplementasikan tata ruang yang berbasis bencana, dan membangun masyarakat yang tangguh menghadapi bencana. Karena gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja, tanpa dapat diprediksi sebelumnya.

Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi  dan Humas BNPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar