Senin, 30 Maret 2015

Longsor di Sukabumi Renggut 12 Nyawa

Longsor. /Foto: Dok. BNPBMusim pancaroba – peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau – makin nyata menampakkan eksistensinya dalam memicu bencana. Angin puting beliung, hujan ekstrim, dan tanah longsor. Dan harus dicatat, bahwa Angin Puting Beliung dan Tanah Longsor adalah dua macam bencana yang cukup banyak menelan korban jiwa. Namun begitu, dua jenis bencana ini bisa diprediksi datangnya. Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah banyak mengimbau, dan menyosialisasikan tanda-tanda dari kedua jenis bencana ini, agar diwaspadai oleh masyarakat, dan mengambil tindakan preventif agar terhindar atau tak menjadi korban. Sebab, bencana bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapa saja – yang tidak siaga terhadapnya. Oleh karena itu, imbauan agar masyarakat selalu waspada dan siaga terhadap bencana, adalah salah satu upaya untuk menjaga keselamatan masyarakat serta mengurangi jumlah korban.

Sabtu, 28 Maret 2015, hujan deras mengguyur wilayah Sukabumi sejak tengah hari, sehingga air dari Gunung Merak melimpah ke perkampungan. Pada pukul 22.30 WIB, di tengah derasnya hujan, tiba-tiba tebing setinggi 20 meter dengan panjang sekitar 200 meter, yang berada di sisi jalan yang menghubungkan daerah Sukalarang – Cirengas, longsor. Dalam sekejap, longsoran itu mengubur jalanan dan menerjang ke daerah pemukiman di seberangnya. Maka, dalam sesaat saja, Kampung Cimerak RT. 25/7, Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berantakan dilanda longsoran.

Foto: Dok. BNPBSeketika itu juga, 11 rumah yang dihuni oleh 11 kepala keluarga (KK) – yang terdiri atas 30 jiwa, terkubur tanpa ampun. Sesaat setelah kejadian, warga segera bergerak untuk memberikan bantuan kepada para korban. Pencarian korban segera dilakukan. Bupati Kabupaten Sukabumi bersama BPBD Sukabumi, SKPD, TNI, Polri, Tagana, Basarnas, PMI, serta relawan, segera ikut bergabung mengevakuasi korban.

Sekitar 97 KK yang terdiri atas 290 orang warga Kampung Cimerak mengungsi ke Balai Desa Tegal Panjang, tenda pengungsian, dan ke rumah kerabatnya. Satu alat berat dan 2 dump truk segera dikerahkan untuk proses evakuasi dan pembersihan material longsor. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD Sukabumi dalam penanganan darurat di lapangan.

Data yang diperoleh pada hari itu juga ialah: 1 orang ditemukan meninggal dunia, yakni Maya, usia 13 tahun. Dan diduga masih ada 9 orang yang tertimbun longsor, yaitu: Aisyah – perempuan, 50 tahun; Lilis – perempuan, 36 tahun; Opan Sopardi – laki-laki, 50 tahun; Dede – laki-laki, 40 tahun; Aldi – laki-laki, 12 tahun, Elsa – perempuan, 15 tahun, Egi – perempuan, 6 tahun, Jamilah/Nyinyin – perempuan, 37 tahun, dan Deni – laki-laki, 40 tahun. Di samping itu, ada 20 orang yang selamat dari bencana tersebut, yakni terdiri atas 16 orang warga Kampung Cimerak, dan 4 orang tamu.

Tanggul jembol penyebab banjir. /Foto: Dok. BNPBPencarian dan evakuasi korban, yang dilakukan oleh sekitar 300 personil tim gabungan dari BPBD Kabupaten Sukabumi, BNPB, TNI, Polri, Tagana, SAR, PMI, SKPD, relawan, dunia usaha, dan masyarakat, yang terus dilakukan hingga hari Minggu, akhirnya berhasil menemukan semua korban yang terimbun tanah longsor tersebut, pada pukul 17.32 WIB. Hasil pencatatan terakhir menyebutkan, ada 12 korban tewas , yaitu: Maya – perempuan, 13 tahun; Aisyah – perempuan, 50 tahun; Lilis – perempuan, 36 tahun; Opan Sopardi – laki-laki, 50 tahun; Dede – laki-laki, 40 tahun; Aldi – laki-laki, 12 tahun, Elsa – perempuan, 15 tahun, Egi – perempuan, 6 tahun, Jamilah/Nyinyin – perempuan, 37 tahun, Deni – laki-laki, 40 tahun; Lisdiawati – perempuan, 4 tahun; dan Abdul Muti – laki-laki, 42 tahun.

Dugaan yang mengira korban tertimbun longsor hanya 10 orang ternyata meleset. Karena rupanya ada 2 orang korban tambahan, yaitu Jamilah/Nyinyin dan Lisdiawati, tamu yang dari Cianjur yang sedang berkunjung ke rumah Lilis. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor tersebut juga menyebabkan kerugian materil , yaitu berupa 10 unit rumah yang mengalami rusak berat, dan 1 unit rumah yang hanya mendapat kerusakan ringan.

Di Kabupaten Sukabumi, ada terdapat banyak daerah yang rawan longsor. Bertambahnya penduduk dan permukiman yang menempati daerah-daerah rawan longsor, tanpa didukung oleh mitigasi struktural dan non struktural yang memadai, menyebabkan resiko tinggi longsor. Beberapa kejadian longsor yang pernah terjadi di Kabupaten Sukabumi, antara lain, di Kecamatan Pabuaran dan Purabaya, pada 26 Juni 2014, yang menyebabkan 3 orang tewas dan puluhan rumah rusak. Begitu pula longsor di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, pada 10 Maret 2015, yang sebabkan 3 orang tewas.

Banjir. /Foto: Dok. BNPBDari daerah lain, dikabarkan: Pada hari yang sama, Sabtu, 28 Maret 2015, pukul 21.56 WIB, hujan deras yang berkepanjangan telah menyebabkan jebolnya tanggul Sungai Gebang Gede, di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sehingga menimbulkan terjadinya banjir di Desa Purbayan, Desa Sawangan, Desa Wonosido, dan Desa Pamriyan, di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

BPBD Purworejo telah menurunkan 3 tim untuk melakukan penanganan bencana. Dan hasil pencatatan menyebutkan, akibat banjir itu, 1 orang tewas, 3 rumah mengalami rusak berat, dan 1 buah jembatan juga mengalami rusak berat.

Sementara dari Sulawesi dikabarkan, pada hari Minggu pagi, 29 Maret 2015, pukul 05.28 WIB, telah terjadi gempa berkekuatan 5.8 SR. Gempa yang terasa cukup kuat di Kota Gorontalo selama sekitar 5-10 detik, berlokasi pada 0.45 LU,122.02 BT atau 40 km Barat Daya Boalemo-Gorontalo, di kedalaman 111 Km. Sampai berita ini diturunkan, belum ada laporan mengenai korban maupun kerugian material yang diakibatkan oleh gempa tersebut.

Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar